Diare adalah salah satu penyebab kematian terbanyak
Seorang  Ibu muda mengeluhkan pola buang air besar bayinya yang baru berusia 7  hari. Selama satu hari, katanya, putranya sudah 6 kali buang air besar  dan fesesnya cenderung berair. Ibu muda itu sangat mencemaskan hal  tersebut. 
Diare  atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang  masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu  penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di  bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap  penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang  menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh  atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada  sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai  pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti  itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak
Gambar 1. Diare salah satu penyebab kematian terbanyak pada anak 

Benarkah anak menderita diare ?
Diare  berarti meningkatnya frekuensi buang air biasa melampaui kebiasaannya  atau perubahan feses bayi menjadi cair atau lebih lunak daripada  biasanya. Bayi yang berusia kurang dari satu bulan biasanya sering buang  air besar. Frekuensi buang air besar sehari bisa mencapai 5-7 kali dan  hal itu masih dikatakan normal pada bayi pada usia bulan pertamanya.  Karena itu, apa yang dikeluhkan oleh Ibu muda tadi sebenarnya hal yang  normal, bukan diare dan bukan hal yang harus dicemaskan. Namun, apabila  bayi mengalami perubahan yang sangat menonjol dalam pola buang air  besarnya, baik frekuensi maupun keenceran fesesnya, maka sangat mungkin  memang bayi tersebut menderita diare dan tentu saja harus  dikonsultasikan ke dokter anak. Diare pada bayi muda umumnya adalah  pertanda adanya infeksi yang berbahaya.      
Dengan  bertambahnya umur, maka frekuensi buang air besar pada bayi akan  semakin berkurang. Demikian pula kepadatan fesesnya akan meningkat  (lebih padat). Pada anak yang lebih besar, feses akan berbentuk dan  frekuensinya umumnya 1 sampai 3 kali sehari. Apabila frekuensi buang air  besar meningkat atau feses anak menjadi lebih encer daripada biasanya  maka anak disebut menderita diare.  
Antara kewaspadaan dan kepanikan
Diare  harus diwaspadai, karena ia adalah penyakit yang berbahaya, namun tentu  saja kekhawatiran tidak sama dengan kepanikan. Agar tidak kehilangan  kewaspadaan tetapi juga tidak jatuh pada kepanikan yang tak  proporsional, orang tua perlu mengenal dengan baik apa pengertian diare  dan juga tanda bahaya dari penyakit ini. Pada bagian selanjutnya tulisan  ini akan dipaparkan beberapa ancaman bahaya yang perlu dikenal orang  tua dengan baik.
Tanda Bahaya Umum
             Tanda bahaya umum yang harus diwaspadai pada anak dengan diare adalah :
1. Tidak sadar                    : karena dehidrasi berat atau infeksi intrakranial (ensefalitis  
                                            atau meningitis)
2. Kejang                           : karena gangguan keseimbangan elektrolit berat, misalnya 
                                            hipernatremia atau infeksi intrakranial
3. Memuntahkan semuanya : dapat menyebabkan dehidrasi atau pemberatan dehidrasi
Gambar 2 : Menawarkan minuman (Sumber : ICATT)

Keterangan  gambar 2: Anak yang mengalami penurunan kesadaran tidak merespons jika  ditawari minum. Bandingkan dengan anak tak dehidrasi (minum wajar) dan  anak dengan dehidrasi tak berat (minum lahap)
Gambar 3. Menuntahkan semuanya (Sumber ICATT)

Keterangan  : Anak yang memuntahkan semua yang diberikan harus dirujuk ke fasilitas  kesehatan dengan rawat inap karena sangat berisiko untuk mengalami  dehidrasi atau memperburuk derajad dehidrasinya. 
 Dehidrasi, ancaman bahaya yang paling umum 
            Anak yang mengalami  diare berarti potensial kehilangan cairan tubuhnya dan elektrolit yang  ikut terbawa bersama kehilangan cairan tersebut. Elektrolit adalah  garam-garam yang sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas semua proses  normal di dalam tubuh. Kekurangan atau kekurangan elektrolit tertentu  akan mengganggu proses-proses normal dalam tubuh. Karenanya kehilangan  cairan dan elektrolit dalam jumlah yang cukup besar adalah hal yang  berbahaya, yang disebut dengan dehidrasi. 
            Dalam  banyak hal, ancaman bahaya yang paling penting pada anak diare adalah  dehidrasi, karena dehidrasi dapat menimbulkan syok hipovolumik, gangguan  metabolisme akibat darahnya menjadi terlalu asam (asidosis),  gangguan lain akibat kekurangan garam kalium misalnya, atau bahkan dapat  terjadi kejang jika anak mengalami kelebihan garam natrium. 
            Dehidrasi  dapat terjadi pada anak yang mengalami diare jika selama diare anak  tidak minum cukup banyak untuk menggantikan cairan yang keluar. Apalagi  jika diare disertai dengan muntah, sehingga anak mengalami kesulitan  minum atau takut untuk minum. Banyaknya cairan yang keluar harus diganti  dengan asupan cairan yang banyak juga. Keseimbangan harus dijaga,  karenanya pertolongan pertama pada setiap anak yang menderita diare  adalah minum yang banyak. Jangan lupa pula, karena kehilangan cairan  dalam diare selalu disertai dengan kehilangan elektrolit, maka anak juga  perlu mendapat penggantian elektrolit yang hilang. Oralit dengan  berbagai merek merupakan cairan rehidrasi atau pencegah dehidrasi yang  terbaik dan telah tersedia di apotek maupun took obat. Cairan elektrolit  juga tersedia dalam kemasan botol, namun jangan dikelirukan dengan  minuman elektrolit yang diproduksi sebagai minuman olahraga. Anak yang  belum mengalami dehidrasi boleh mengganti oralit dengan banyak minum,  meningkatkan minum ASI atau memperbanyak kuah sop. 
            Apabila  anak mengalami kesulitan minum oralit, pada keadaan tertentu akan  dibantu dengan selang atau pipa nasogastrik (NGT), jadi oralit langsung  dimasukkan ke dalam lambung. Usaha ini dimaksudkan untuk mengatasi  dehidrasi tak berat (dehidrasi ringan – sedang) agar anak tidak jatuh  kedalam dehidrasi berat. Apabila pemberian cairan rehidrasi melalui pipa  nasogastrik tidak berhasil atau anak muntah terus, maka infus menjadi  pilihan cara untuk melakukan rehidrasi.  
Diare pada bayi muda selalu dianggap berbahaya
Diare  pada bayi yang berusia 0-2 bulan selalu dianggap berbahaya, terutama  jika terjadi pada empat minggu pertama kehidupan. Diare pada usia ini  seringkali merupakan pertanda adanya infeksi yang berat. Kalaupun tidak,  dehidrasi yang terjadi pada kelompok usia ini lebih berbahaya bila  dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Karenanya, orang tua  perlu mengenali pola buang air besar normal pada bayi dan juga selalu  waspada apabila bayi muda menderita diare.
Diare dengan feses bercampur darah 
Feses  yang bercampur bercak darah merupakan tanda klinis adanya disenteri.  Umumnya disebabkan oleh bakteri shigela, namun dapat juga disebabkan  oleh amoeba. Disenteri memerlukan antibiotika atau anti amoeba,  sedangkan diare lain umumnya tidak memerlukan pemberian obat-obat ini.  Disenteri yang tidak mendapat antibiotika mungkin akan menjadi  berkepanjangan. Apabila melampaui 2 minggu, diare ini akan disebut  dengan diare persisten. Diare yang berkepanjangan akan menyebabkan  masalah nutrisi pada anak, karena anak menjadi malas makan dan juga  dapat menyebabkan penyerapan sari makanan kurang baik. Akibatnya, anak  dapat menderita gizi kurang dan bukan tidak mungkin akan jatuh ke dalam  gizi buruk. 
Seorang  anak yang mengalami gizi kurang atau atau gzi buruk cenderung untuk  mengalami infeksi dan sebaliknya infeksi yang berulang pada seorang anak  akan mengganggu nutrisinya. Inilah lingkaran setan antara masalah gizi  dan infeksi pada anak. Lingkaran setan ini harus diputuskan dengan  pengobatan diare secara tepat dan penanganan nuturisi yang memadai.  Pengenalan diare yang disebabkan oleh infeksi dan penanganannya harus  menjadi perhatian bersama dokter dan orang tua. 
Adanya  darah dalam feses anak seringkali kurang dikenali oleh orang tua,  karena jumlah darah biasanya tidak cukup banyak, mungkin hanya  bercak-bercak saja. Karenanya, apabila anak diare, orang tua perlu  mencermati kemungkinan adanya darah dalam feses, selain frekuensi dan  bentuk fesesnya. Darah tidak selalu dapat ditemukan pada feses anak yang  mengalami disenteri, karenanya setiap buang air besar, feses perlu  diamati warnanya. 
Diare dengan demam tinggi
               Demam  tinggi juga dapat menjadi pertanda adanya diare karena infeksi  bakterial yang memerlukan antibiotika. Demam yang tidak tinggi dan tidak  adanya darah dalam feses biasanya menunjukkan, bahwa diare tidak  disebabkan oleh bakteri dan tidak memerlukan antibiotika. Namun  demikian, seperti dijelaskan di depan, masih ada ancaman bahaya lain  pada setiap anak diare, yakni dehidrasi. Jadi pencegahan dehidrasi atau  mengatasi dehidrasi harus menjadi perhatian pada setiap anak dengan  keluhan diare.
Bagaimana Dokter Menentukan Derajad Dehidrasi ?
            Ada beberapa cara menentukanderajad dehidrasi, di antaranya adalah :
1. Memerhitungkan kehilangan berat badan. Cara ini sulit dilakukan, karena berat badan anak sebelum sakit belum tentu diketahui
2. Skor Maurice King
3. Menurut MTBS dan WHO
              Menurut MTBS dan WHO, 4 tanda dehidrasi yang perlu diperiksa adalah :  keadaan umum (letargi, tidak merespons minuman, gelisah atau baik) ;  rasa haus (tak merespons minuman, lahap atau biasa), elastisitas kulit  (cubitan kulit perut kembali sangat lambat, lambat atau normal) dan mata  cekung (ada atau tidak). Dengan panduan MTBS dan dengan kerja sama  dengan keluarga pasien, dokter atau paramedis dapat menentukan derajad  dehidrasi anak.. Gambar 4 dan 5 menngambarkan bagaimana  pemeriksaan elastisitas kulit dan mata cekung.    
Gambar 4. Pemeriksaan elastisitas kulit

Gambar 5. Mata Cekung

Pengobatan diare yang benar
Pencegahan  dehidrasi atau mengatasi dehidrasi yangt sudah terjadi adalah  pengobatan yang terbaik untuk anak yang menderita diare. Anak  perlu minum lebih banyak daripada biasanya. Pemberian ASI harus  dilanjutkan. Oralit atau cairan elektrolit lain diberikan sesuai dengan  status dehidrasi anak. Eloknya, ternyata secara fisiologis pemberian  oralit juga akan membantu mempercepat berhentinya diare. Pemberian  makanan juga dilanjutkan. Antibiotika hanya diberikan jika diare  disebabkan oleh bakteri seperti telah dibicarakan di depan. Penggunaan  antibiotika yang tidak tepat justru dapat memacu atau memperberat diare.  Penelitian mengenai hal ini banyak dilakukan para ahli. Bila berminat,  silakan membaca artikel yang bertopik "diare akibat penggunaan  antibiotika" atau menggunakan kata kunci "antibiotic-associated diarrhea" jika akan menelusuri artikel ilmiah yang tersebar di berbagai sumber di dunia internet. 
Perlukah obat anti diare diberikan?
Diare  pada anak tidak memerlukan obat-obat anti diare. Beberapa penelitian  menunjukkan, bahwa obat anti diare tidak bermanfaat untuk diare pada  anak, bahkan justru dapat menyebabkan munculnya ancaman bahaya baru pada  anak. Bahaya yang dapat terjadi akibat pemberian obat anti diare adalah  usus yang berhenti bekerja atau mengalami intususepsi, yakni adanya bagian usus yang masuk dan terjepit bagian usus di bawahnya.  Intususepsi  pada beberapa kasus dapat membaik secara spontan, atau membaik dengan  pemeriksaan radiologi yang sekaligus menjadi terapi. Sayangnya, pada  sebagian kasus yang lain, intususepsi hanya dapat diterapi dengan  operasi. Karenanya, pemberian antidiare saat ini tidak direkomendasikan,  baik obat antidiare yang dimaksudkan untuk segera menghentikan diare  dengan cara mengurangi gerakan usus  atau dengan meningkatkan penyerapan cairan usus.     
Obat-obat baru untuk diare
            Zink  merupakan obat yang relatif baru dalam pengobatan diare. Berbagai  penelitian menunjukkan, bahwa pemberian zink bermanfaat dalam pengobatan  diare karena membantu mempercepat berhentinya diare secara tidak  langsung melalui perbaikan kondisi usus. Zink juga perlu diberikan pada  anak diare karena selama diare anak juga kehilangan zink bersama dengan  hilangnya cairan dan elektrolit akibat keluarnya feses yang berlebihan,  padahal telah diketahui sebelumnya, bahwa zink sangat bermanfaat untuk  sistem imunitas tubuh dan sangat berperan dalam tumbuh kembang anak.  Jadi suplementasi zink sekarang harus diberikan pada anak yang mengalami  diare, baik diare karena virus maupun diare bakterial, baik diarenya  akut maupun kronik. Berita baiknya, sediaan zink tidak termasuk obat  mahal. Zink tersedia dalam sediaan tablet yang mudah hancur jika d  imasukkan ke dalam satu sendok air. Umumnya anak berusia satu tahun ke  atas akan mendapat zink 20 mg setiap hari selama 10 hari untuk  memperbaiki diarenya, mencegah berulangnya diare dalam tiga bulan ke  depan dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak.Pemberian zink telah  direkomendasikan Departemen Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia  (IDAI) dan organisasi kesehatan sedunia (WHO).
            Probiotik  juga merupakan konsep pengobatan yang relatif baru. Sayangnya obat ini  tergolong mahal, sehingga walaupun sudah banyak penelitian yang  membuktikan manfaat pemberian probiotik, obat ini belum masuk dalam  rekomendasi resmi WHO. Probiotik dapat diberikan pada anak yang  menderita diare bersama-sama dengan pemberian zink dan cairan  elektrolit. Anak yang menderita diare yang berhubungan dengan penggunaan  antibiotika yang tidak tepat sangat baik jika mrendapat tambahan terapi  dengan probiotik ini. Dalam hal ini probiotik yang dimaksud adalah  probiotik yang dikemas dengan cara khusus dengan dosis atau kandungan  kuman dalam jumlah tertentu, jadi bukan dalam bentuk minuman sehat atau  susu.  
Pencegahan Diare
             Tujuh upaya yang telah terbukti efektif mencegah diare adalah :  
1. Pemberian ASI
2. Memperbaiki makanan sapihan
3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak
4. Kebiasaan mencuci tangan
5. Menggunakan jamban keluarga
6. Cara membuang tinja yang baik dan benar (termasuk tinja bayi)
7.  Imunisasi campak (1-7% diare berhubungan dengan campak, diare yang  terjadi pada anak dengan campak lebih sulit diobati dan cenderung lebih  lama dan lebih berat) 
Beberapa Mitos dan Praktek Masyarakat yang Perlu Dikoreksi
1. Diare adalah tanda bayi atau anak akan mendapatkan peningkatan kepandaian 
    Diare adalah gejala adanya infeksi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
    Faktor penyebabnya harus ditentukan, agar dapat ditentukan tindakan yang
    bijaksana.
2. Diare adalah penyakit umum, jadi tidak berbahaya
    Diare dengan dehidrasi berat mengancam jiwa anak dan menjadi salah satu
    penyebab kematian bayi/anak
3. Pemberian antibiotika pada setiap anak diare
    Kebanyakan diare tidak disebabkan oleh bakteri, sehingga pemberian antibiotika
    tidak selalu merupakan tindakan yang bijaksana. Kerap kali orang tua menunjukkan
    ketidakpuasannya jika dokter tidak memberikan antibiotika. Antibiotika bahkan jika
    dapat memperlama kesembuhan diare.
4. Pemberian obat anti diare pada anak
    Obat anti diare yang dimaksudkan untuk segera menghentikan diare tidak
    direkomendasikan karena sebagian terbukti tidak bermanfaat dan sebagian yang lain 
    justru membahayakan.  
5. Penghentian pemberian susu atau makanan pada anak diare
    Penghentian makanan atau susu hanya dilakukan pada anak dengan dehidrasi berat 
    selama resusitasi cairan dan makanan segera diberikan secara bertahap setelah anak 
    terehidrasi. Bila tidak ada dehidrasi berat, makanan harus tetap diberikan, kecuali
    jika diare berhubungan dengan penggantian susu atau pemberian makanan tertentu.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar