Sabtu, 12 Mei 2012

Tepat Tangani Anak Diare

detail berita
Anak sakit diare (Foto: Corbis)


SEBELUM mulai mengobati diare yang diderita anak, Anda mesti mengetahui dahulu apa penyebab penyakit ini. Apakah karena infeksi bakteri atau virus. Karena keduanya memiliki penanganan yang berbeda.

Diare masih menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2004, diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya. Sementara itu, Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) memperkirakan, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena penyakit ini.

Di sebagian wilayah Indonesia sendiri,angka kejadian diare masih tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diare menjadi penyebab kematian 31,4% bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan. Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari.

Jika dirata-rata,sebanyak 7,8 dari 1.000 balita meninggal karena diare setiap tahun. Sementara, dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6–2 kali per tahun.

”Ketika diare, cairan tubuh anak banyak yang terbuang, begitu pula elektrolit penting yang menunjang fungsi tubuh. Karena itu, banyak yang akhirnya menimbulkan kematian,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr BadriulHegar SpA(K) PhD, saat temu media di Kantor IDAI, Jakarta, Rabu (18/4).

Badriul menjelaskan, diare terjadi ketika seorang anak mengalami buang air besar cair dengan frekuensi lebih sering dari biasanya selama lebih dari tiga hari. Dikatakan diare akut jika berlangsung hingga tujuh hari. Diare berlanjut jika dialami selama tujuh sampai kurang dari 14 hari.Apabila lebih dari 14 hari,sudah disebut diare persisten.

“Penyakit ini memang selalu berhasil diatasi, tetapi tidak pernah diselesaikan sampai tuntas. Penyebabnya, 85% diare yang diderita bayi adalah diare akut yang umumnya tidak berbahaya,” kata dia. Pada usia balita, kata Badriul, diare lebih sering terjadi pada anak berusia enam bulan sampai dua tahun.

Gejalanya, selain sering buang air besar yang bentuknya cair, biasanya disertai dengan mual, demam, sakit perut, dan dehidrasi. Namun, jika bayi Anda yang berusia di bawah satu bulan mengalami diare berat, Anda tak perlu khawatir. Dia menuturkan, bayi baru lahir sampai menginjak usia satu bulan sering mengalami diare 8–10 kali sehari.

Hal ini wajar karena enzim laktase dalam permukaan usus halus bayi belum terbentuk dengan sempurna. Artinya, ketika dia mengonsumsi air susu ibu (ASI) atau susu formula yang kadar laktasenya tinggi, sebagian di antaranya tidak dapat dihidrolisis atau dipecah. Akibatnya, enzim akan menarik cairan yang ada di dalam sel.

Biasanya, enzim tersebut akan berkembang sempurna dan berfungsi optimal setelah bayi mencapai usia satu bulan.

“Orangtua sering membawa anak mereka ke dokter dan mengira itu diare. Padahal, ini fisiologis pada bayi-bayi baru lahir.Kejadian ini akan membaik dengan sendirinya seiring pertambahan usia bayi,” kata Badriul.

Diare pada bayi perlu diwaspadai jika bayi mengalami dehidrasi sedang dan berat. Tanda-tanda dehidrasi sedang adalah bayi merasa gelisah, mata cekung, air mata dan mulutnya kering,serta sangat haus atau banyak minum. Sementara, tanda-tanda dehidrasi berat adalah bayi terlihat lesu, lunglai, matanya sangat cekung, mulut sangat kering, malas, serta tidak bisa minum.

Badriul mengemukakan, diare bisa diakibatkan oleh infeksi bakteri atau virus yang disebut rotavirus. Kasus diare yang paling sering terjadi di Indonesia sebagian besar atau sekitar 84% karena infeksi rotavirus sehingga tidak memerlukan pengobatan antibiotik. Sementara, sisanya yaitu sebesar 16% kasus baru disebabkan oleh bakteri.

“Obat antibiotik baru diperlukan jika diare tersebut disebabkan oleh bakteri,” ungkapnya.
Untuk membedakan diare akibat bakteri atau diare karena rotavirus cukup mudah. Badriul mengatakan, jika balita tidak diberi makan selama enam jam kemudian diarenya berkurang, maka kejadian diare disebabkan oleh virus.

Namun, jika setelah puasa diarenya tidak berhenti, maka penyakit itu disebabkan oleh bakteri.
Untuk pengobatan diare yang disebabkan oleh rotavirus, disarankan meminum oralit saja karena minum air putih tidak akan mengganti elektrolit yang terbuang. Suplemen zinc juga dapat dikonsumsi untuk memperkuat regenerasi sel usus dan memperkuat sistem imun.

Zinc sebenarnya dapat diperoleh dari makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, tetapi jumlahnya tidak cukup banyak untuk membantu mengatasi diare. Sementara untuk diare yang disebabkan oleh bakteri, pemberian antibiotik penting untuk menghentikan perkembangan penyakit.
(tty)

Tidak ada komentar: